Kamis, 16 Mei 2013

PENYAKIT LUMPUH PADA TERNAK ITIK

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN 
PENYAKIT LUMPUH PADA TERNAK ITIK

       Itik merupakan salah satu ternak unggas yang memiliki potensi luar biasa untuk dikembangkan secara intensif. Prospek yang sangat baik, karena itik dapat dijadikan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Produk yang dihasilkan dari ternak itik yaitu daging dan telur. Saat ini pun banyak sekali dijumpai produk olahan dari ternak itik yang sangat digemari oleh masyarakat. Permintaan pasar terhadap produk ternak itik juga memiliki prospek yang bagus.
       Salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh peternak yang melakukan budidaya itik adalah mengenai adanya serangan penyakit. Meskipun itik dikenal lebih kebal terhadap penyakit dibandingkan dengan ternak unggas lainnya, akan tetapi harus dipersiapkan pencegahan penyakit secara intensif. Hal tersebut dikarenakan jika penyakit sudah berhasil menyerang ternak itik, bukan saja penurunan produksi bahkan bisa terjadi kematian pada ternak itik.

       Penyakit yang perlu diwaspadai oleh peternak budidaya itik, baik skala intensif maupun yang hanya memelihara beberapa ekor sebagai sambilan saja yaitu penyakit yang menyebabkan itik yang lumpuh dan lesu. Nama penyakit ini sering disebut dengan penyakit Botulismus. Penyakit ini umumnya menyerang itik yang digembalakan.
       Gejala-gejala itik yang terserang penyakit botulismus yaitu itik lemah, lesu, dan lumpuh pada leher, kaki dan sayap. Kadang-kadang itik tidak dapat berdiri tegak, bulu mudah rontok dan jalan sempoyongan. Penyebab penyakit botulismus adalah akibat racun yang dihasilkan oleh kuman Clostridium Botulinum yang sering ditemukan pada bangkai atau tanaman yang sudah busuk.

      Pencegahan selalu lebih baik dibandingakan dengan pengobatan. Jadi, lebih baik mencegah itik terserang penyakit ini daripada harus mengobatinya. Jika, penyakit botulismus sudah terlanjur menyerang itik maka upaya pengobatan dapat dilakukan dengan cara memberikan obat laxanatia pencahar. Adapun untuk pencegahannya dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan pakan dan air minum. Usahakan selalu baru dan bersih dan hindari memberikan pakan yang sudah basi, busuk dan tercemar.
      Penyebab Kelumpuhan pada Itik
     Kekurangan vitamin D yang disertai kekurangan mineral Calsium dan Fosfor menimbulkan penyakit tulang yang menyebabkan kelumpuhan pada itik. Itik yang terserang penyakit ini mengalami penyimpangan dan kelainan pada persendian kakinya.Manfaat : Mencegah kelumpuhan pada Itik (Ostelin Serbuk) dan mengobati kelumpuhan pada Itik (Ostelin Kapsul)
“Mencegah lebih baik daripada mengobati”
Kalimat di atas bukan hanya berupa slogan saja, tetapi benar adanya karena dengan mengupayakan pencegahan maka secara otomatis ternak itik akan sehat. Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan tidak akan sia-sia dan usaha produksi peternakan pun dapat memberikan keuntungan sesuai dengan harapan. Berbagai cara pengendalian dilakukan antara lain dengan cara pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan peternakan maupun vaksinasi terhadap penyakit tertentu yang sulit diobati.

1.Rickets Duck (kekurangan vitamin D)
Kekurangan vitamin D yang disertai kekurangan Calsium dan Fosfor dapat menimbulkan penyakit tulang yang menyebabkan kelumpuhan pada itik. Penyakit ini biasanya dinamakan “Rickets duck”. Itik yang terserang penyakit ini akan mengalami penyimpangan dan kelainan pada persendian kakinya.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan pakan yang cukup mengandung mineral calsium, fosfor da vitamin D. Ke dalam ransum itik harus ditambahkan 2% tepung tulang dan itik harus mendapat sinar matahari langsung.
2. Mycosis
Penyakit mycosis pada itik terjadi karena itik secara tidak sengaja mengkonsumsi pakan yang sudah basi atau jamur yang tumbuh di lantai (litter) kandang. Itik yang keracunan jamur terlihat lesu, nafsu makan berkurang dan dalam beberapa hari berat badan merosot tajam. Bila tidak diketahui, itik akan mati dalam waktu seminggu.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeliharaan kesehatan dan kebersihan kandang yang baik. Lantai kandang secara berkala dijemur dan diusahakan tidak lembab dan diberi kapur terutama pada musim hujan.
Pengobatan penyakit mycosis karena jamur bisa dilakukan dengan memberi antibiotika yang dicampurkan ke dalam air minum atau pakan itik.
3. Botulismus
Penyakit botulism (limberneck) pada umumnya terjadi karena itik makan bangkai. Misalnya pemberian makanan daging bekicot yang sudah layu. Bangkai yang sudah berulat mengandung kuman yang berbahaya yaitu “clastrididium botulinium”. Kuman tersebut memproduksi racun.
Tanda-tanda itik yang terserang penyakit ini adalah leher itik seperti tidak bertulang, tidak tegap atau lunglai setelah itik memakan bangkai 1 – 3 hari. Beberapa jam kemudian setelah leher lunglai mengakibatkan kematian.
Pencegahan dilakukan dengan memelihara kesehatan lingkungan yang baik dan tidak memberi pakan yang sudah basi  (bangkai). Bila masih memungkinkan ternak itik yang sakit dapat diberikan obat-obatan pencahar agar itik mencret dan kuman beserta racunnya dapat ikut keluar dari saluran pencernaan.
Pengobatan secara tradisional yang dapat membantu menyembuhkan yaitu dengan memberikan minyak kelapa satu sendok makan dan air minum yang bersih. Minyak kelapa akan membuat itik haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya. Jika itik banyak minum, racun dalam darah itik akan encer dan daya kerjanya berkurang, dengan demikian angka kematian dapat dihindari.





Jumat, 10 Mei 2013

PENYAKIT DEMAM 3 HARI PADA TERNAK SAPI

PENYAKIT DEMAM 3 HARI ( BEF ) PADA SAPI


       Merupakan penyakit pada sapi yang banyak sekali ditemukan dilapangan. Demam tiga hari (Three day sickness) merupakan penyakit pada sapi yang bersifat akut, dengan gejala disertai demam. Kasus yang terjadi di lapangan kebanyakan memiliki angka kesakitan yang tinggi ,akan tetapi dengan angka kematian yang rendah.
       Tiga faktor yang saling berkaitan dalam permasalahan timbulnya suatu penyakit, yaitu :  faktor agen penyakit,  hospes (ternak itu sendiri)   dan  lingkungan.
       Penyakit Demam Tiga Hari banyak ditemui pada ternak sapi dan secara umum resiko ekonomi yang ditimbulkan tidaklah besar apabila penanganan medis secara cepat telah dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi dengan penyakit lain.
       Penyakit Demam Tiga Hari (Three Day Sickness) atau Bovine Ephemeral Fever (BEF) adalah suatu penyakit viral pada sapi dan kerbau ditandai dengan terjadinya demam tinggi, rasa sakit otot, dan kepincangan. Sapi yang menderita sakit ini cepat sembuh bila tanpa komplikasi. Penyakit ini biasa menyerang pada musim pancaroba atau peralihan dari kemarau ke hujan.


CARA PENULARAN
        Ada sumber yang melaporkan kalau virus tersebut dapat ditularkan melalui serangga. Walau sampai saat ini belum ditemukan penyebab ataupun pembawa penyakit BEF secara pasti, hal tersebut mungkin disebabkan karena jumlah sampel yang diperiksa tidak cukup banyak. Mungkin juga karena jangka waktu penyakit ini juga relative pendek.
       Penyakit Demam Tiga Hari disebarkan oleh Cullicoides sp. dan nyamuk. Cullicoides yang terinfeksi dapat menyebarkan penyakit mencapai jarak 2.000 km. Ada dugaan penyebaran dapat pula terjadi melalui angin.
       Masa perkembangan penyakit adalah 2-10 hari dan kebanykan penderita memperlihatkan gejala dalam 2-4 hari. Penelitian secara fluoresen antibody menunjukkan bahwa virus berkembang biak dalam sel retikulo endothelial paru-paru, limpa dan kelenjar limfe. Virus terikat dengan sel darah putih dalam darah, meskipun perkembang biakan virus dalam sel tidak ada laporan secara pasti.


GEJALA KLINIS
  • Demam tinggi mencapai 41 0C selama tiga hari
  • Hewan penderita terlihat lemah
  • Kurang nafsu makan
  • Keluar cairan dari hidung dan mulut
  • Persendian bengkak disertai dengan kekakuan otot anggota gerak sehingga menyebabkan kepincangan
  • Hewan lebih banyak berbaring
  • Pada sapi perah produksi susu turun, lebih encer, adakalanya air susu bercampur darah
  • Angka kesakitan tinggi, angka kematian rendah.
Gambar 1. Sapi terserang penyakit demam 3 hari,
            keluar cairan dari hidung dan mulut.

PENCEGAHAN
       Penyemprotan terhadap ternak sebaiknya dilakukan secara kontinyu menggunakan insektisida dan sanitasi kandang dilakukan secara rutin.Jelang pergantian musim,  meminta para peternak sapi mewaspadai penyakit Bovine Ephemeral Fever (BEF) atau demam tiga hari pada ternak sapi.


Terapi
       Pengobatan secara khusus untuk mengatasi penyakit ini tidak ada. Hewan penderita harus diusahakan agar kemungkinan terjadinya komplikasi sekunder diperkecil. Pemberian minum dengan alat ( drench dll) sebaiknya dihindari, karena dalam fase akut, beberapa penderita akan mengalami kesukaran untuk menelan.

       Penyakit – penyakit lain yang dijadikan diagnosa banding BEF adalah malignant cataral fever ( MCF ), penyakit jembrana ( sapi bali ), dan penyakit ngorok ( SE ).
       Sedangkan pengobatan yang dianjurkan adalah meningkatkan stamina kondisi tubuh dengan ruboransia seperti Biosolamin + Hematopan. Pengobatan dengan antibiotika spektrum luas seperti Oxytetraciclin dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri.

Rabu, 08 Mei 2013

MODIFIKASI LIMBAH PERTANIAN SUMBER PAKAN TERNAK SAPI

AMONIASI JERAMI PADI 
SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI

     Produksi hijauan pakan menjadi lebih terbatas karena tingkat pertambahan penduduk yang membutuh kan lahan untuk pemukiman, perluasan lahan untuk produksi pangan dan sub sektor lainnya.
    Ketersediaan pakan hijauan untuk ternak sapi dapat terbantu dengan adanya pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak. Limbah pertanian memerlukan perlakuan untuk memperbaiki kualitas nutrisi karena kandungan serat kasar tinggi dan rendahnya kandungan protein.
      Jerami padi merupakan limbah pertanian yang tersedia dalam jumlah cukup banyak dibandingkan dengan limbah pertanian lainnya, karena lahan sawah akan menghasilkan 50% - 60%  jerami padi dari jumlah produksi gabah, dan saat ini sekitar 20 % baru dimanfaatkan oleh petani. serta mudah diperoleh untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. namun sebagaimana biasanya limbah pertanian / jerami mengandung sedikit protein, pati, lemak, tetapi serat kasarnya jauh lebih tinggi karena zat makan telah pindah kebutirnya.

 
Gambar 1. Saat panen padi di  WKP3K Cot Batee III,
               dan Jerami yang berlimpah saat panen tiba.

    Dengan sedikit sentuhan teknologi modifikasi pakan asal limbah diharapkan adanya perbaikan kualitas pakan ternak. Perlakuan yang mudah dilakukan petani atau pelaku utama, salah satunya adalah dengan Amoniasi Jerami.
       Amoniasi asal kata dari amoniak, amoniak itu terdapat dalam urea, jadi amoniasi adalah perlakuan pada jerami padi menggunakan Urea. Urea digunakan untuk tujuan merombak fisik jerami padi yang keras menjadi lunak dan juga sebagai sumber makanan bakteri yang ada dalam rumen / perut sapi yang akan merubah menjadi protein bagi ternak sapi.
Tujuan pembuatan amoniasi jerami padi :
1. Menambah persediaan pakan yang berkualitas
2. Lebih tahan lama dan mudah digunakan
3. Meningkatkan daya cerna pakan dan kecernaan 
Untuk membuat amoniasi jerami padi sangat sederhana , sebagaimana disampaikan contoh dibawah ini :
1. Siapkan Alat dan Bahan : 
a). Sediakan tempat kedap udara / kantong plastik , 
b).Jerami padi 100 Kg.
c) Urea 6 % atau 6 Kg. 
d). Air sumur 25 - 30 % atau 25 - 30 liter.

Gambar 2. Alat dan Bahan dalam pembuatan amoniasi jerami padi

2. Langkah Kerja / Cara :
a). Larutkan urea kedalam air
b). Masukkan jerami kedalam kantong plastik.
c). Kemudian dipercik dengan larutan urea hingga rata.
d). Lakukan hal no.2 secara lapis berlapis.
e). Ikat kantong plastik rapat dan erat.
f). Letakkan pada tempat yang aman, simpan selama 21 - 30 hari, setelah proses amoniasi selesai dapat diberikan pada ternak.
g). Perlu diingat sebelum diberikan pada ternak harus dianginkan terlebih dahulu, agar hilang bau kandungan amoniak.
  


 
Gambar 3. Proses aplikasi amoniasi jerami padi
oleh kelompok tani Bungong Jeumpa Desa Cot Unoe.

       Penggunaan urea dalam amoniasi  pakan ternak sapi, tidak dibolehkan melebihi 7% atau dengan kata lain maksimal penggunaan urea 7 %, jika lebih akan dapat menyebabkan keracunan nitrat hingga berdampak pada terjadinya gangguan fungsi pencernaan dalam bentuk kembung perut / Tympani / bloat dan sembelit.
      



Minggu, 05 Mei 2013

VAKSINASI ND / PADA AYAM BURAS

MANFAAT DAN CARA VAKSINASI ND PADA AYAM KAMPUNG / BURAS

       Penyakit ND atau penyakit Tae"en ( Bahasa Aceh ) pertama kali ditemukan oleh kranevel di Batavia  ( Jakarta ) pada tahun 1926. sedangkan didunia pertama kali ditemukan di new castle Inggris. 
       Penyakit ND merupakan penyakit menular yang sangat merugikan  bagi peternak ayam ras maupun ayam kampung atau ayam bukan ras ( Buras ). Kerugian disebabkan oleh persentase kematian yang mencapai 80 - 100 % dan merosotnya produksi dan kualitas telur. ND merupakan penyakit No 1 pada Unggas dari 11 penyakit menular penting lainnya.
       Ayam Buras mempunyai arti penting bagi perekonomian masyarakat desa dan sumber protein hewani disamping sebagai tabungan, namun bisa dikatakan tabungan yang kurang terurus karena para petani jarang memelihara dengan baik. Pasar ayam buras sangat baik karena pasar ayam buras tidak tergerus oleh produk ayam ras.
Gambar 1. Pemeliharaan ayam buras/kampung secara semi intensif.

       Pada dasarnya ayam buras dipelihara secara ekstensif . Sore dikandangkan dan pagi hari dilepas serta dibiarkan berkeliaran mencari makan sendiri. Jarang yang diberi makan secara reguler .Malahan di beberapa tempat ayam tadi ada yang jarang pulang, malam mereka tidur bertengger di pohon sekitar perumahan petani      Dedak kalau ada merupakan makanan utama bagi ayam yang diperhatikan oleh pemiliknya . Sumber protein bagi ayam, sangat tidak tetap karena tergantung pada apa yang mereka peroleh di pekarangan atau ladang sekitar rumah. Misalnya serangga, hewan hewan kecil yang dapat mereka tangkap dan bangkai hewan lainnya. Karena itu tidak mengherankan kalau pertumbuhannya lambat . Dan produksinya pun terbatas . Jumlah telur 70 butir/ ekor/tahun sudah dianggap sangat baik .
       Hasil penelitian BALITVET pada ayam yang dipelihara secara ekstensif, mortalitas pada anak ayamnya tinggi, mencapai 30-40% malah ada kalanya 70%. Karena oleh induknya anak ayam tadi dibawa ke pekarangan/ladang, dimana terdapat berbagai predator . Antara lain ular, burung elang, musang, kucing dan anjing liar . Atau oleh induknya mereka ditinggalkan di tempat mencari makan . Anak-anak ayam tadi hasil penetasan induk dalam kotak atau tempat lain, apa adanya, yang dapat disediakan petani . Karena itu tidak mengherankan kalau daya tetas telur ayam buras rendah . Kalau sarang penetasan berbentuk kerucut daya tetas dapat diperbaiki, hingga mencapai 80-90% . Penetasan diadakan setiap saat, sepanjang telurnya tersedia dan diinginkan oleh petani .Sistem pemeliharaan ekstensif, tidak jelek karena ayam buras sudah terbiasa dengan sistem ini . Secara ekonomik sistem ini bagi para petani kecil sangat menguntungkan . Karena masukan yang diberikannya sangat minim dan hasilnya pun cukup . Namun dalam skala besar sistem ini sangat sukar berkembang . 
       Untuk meningkatkan produktifitas ayam buras perlu dipelihara secara semi intensif atau intensif, sehingga pemberian pakan , pengendalian penyakit dapat terjaga secara kontinyu, salah satunya adalah pengendalian penyakit ND melalui Vaksnasi secara terjadwal dan kongtinyu.

Gambar 1. Ayam Kampung / Buras dipelihara secara Intensif.

       Wabah ND di suatu daerah, biasanya dimulai oleh introduksi ayam baru, yang berasal dari daerah lain, ke tempat tersebut oleh seorang petani . Walaupun pada saat petani tadi membeli / membawa ayam baru tadi, keadaannya sehat, petani ini tidak sadar bahwa ayam yang dibawanya sedang dalam masa tunas ND . Dalam kondisi peternakan ekstensif, kontak antar ayam di pekarangan sangat mungkin. Dengan demikian, apabila ayam baru tadi sakit, penularan virus ND yang dibawanya sangat mudah ke ayam setempat.    
       Maka terjadilah penularan lateral antar ayam . Dengan cara ini penyakit merambat dari satu KK ke KK yang lain . Penyebaran virus ND juga di permudah oleh sifat virus itu sendiri yang relatif tahan terhadap kondisi lingkungan . Apa lagi kalau virus ini terbungkus oleh produk biologi induk semang, seperti lendir pernafasan atau tinja ayam . Oleh perantaraan udara , burung, hewan kecil liar, alat-alat pertanian yang tercemar, virus ND ini dapat juga disebarkan . Karena itu masuk akal, kalau belum semua ayam dalam satu kandang terserang, penyakit ini belum reda. Lain dari pada itu kebiasaan keluarga petani yang membuang ayam mati, atau sisa-sisa penyembelihan ayam sakit ke tempat sampah begitu saja, juga mempercepat penyebaran penyakit antar ayam . Karena ayam mati atau sisa-sisa penyembelihan tadi dapat dimakan oleh ayam lain .
       Peran manusia dalam penyebaran wabah ND sangat besar. Para petani membawa dan menjual ayam sakit ke pasar yang adakalanya jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya dan disambung oleh pembeli lain untuk membawa ayam tadi ke kampungnya, merupakan salah satu cara yang paling efektif dalam penyebaran ND . Pengalaman menunjukkan dalam survei penyakit bahwa memperoleh ayam buras sakit di pasar, lebih mudah dibanding mencarinya di pedesaan . Para tengkulak ayam yang membawanya dengan kendaraan bermotor sampai ratusan kilometer jauhnya.
       Dengan adanya Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BPMSOH), kualitas vaksinND pada saat ini Iebih terjamin di banding masa lalu . Karena merupakan suatu keharusan para pengusaha untuk mengujikan vaksinnya, sebelum dipasarkan . Vaksin tadi dapat dipakai untuk semua jenis ayam baik ras maupun buras . Namun demikian, hasil dari vaksinasi ini masih ada saja keluhan para peternak, bahwa ayamnya masih ada yang terserang ND . Lain dari pada vaksin konvensional, pada saat ini sedang dikembangkan vaksin dari virus ND apatogen velogenik tahan panas yang dapat di pakai peroral dicampur pakan . Di Malaysia dimasukkan dalam lapisan pelet pakan ayam . Sedang di Indonesia dengan campur gabah atau nasi aron . Metode terakhir ini yang saat sekarang telah banyak diteliti oleh ACIAR karena dianggap lebih sederhana dan murah.


VAKSINASI
Masalah ND pada peternakan Buras pada umumnya telah dapat ditanggulangi dengan baik dengan vaksinasi yang reguler . Beberapa metode vaksinasi yaitu :
1. Injeksi ( suntik ).
2. Tetes ( Melalui mata,mulut )
3. Air minum
4. Spraying  ( disemprot ).
      Walaupun pada umumnya berhasil baik, adakalanya masih terdapat di beberapa peternakan yang terserang wabah ND . Hasil penelitian BALITVET menunjukkan bahwa vaksinasi sistem 444, memberikan hasil yang memuaskan. Sistem tadi meliputi :
1.  vaksinasi DOC umur 4 hari dengan tetes memakai Bi atau F.
2. Vaksinasi umur 4 minggu dengan suntik (La .Sota),
3. Vaksinasi umur 4 bulan suntik (Komarov), dan setiap 4 bulan sekali dengan suntik .
      Kalau tersedia vaksin inaktif dalam ajuvan minyak pada umur 4 bulan tadi, dapat disuntik dengan vaksin ini dan kemudian tidak perlu ulangan . Sangat dianjurkan kepada para peternak untuk menguji titer HI kelompok ayamnya 14 hari setelah vaksinasi . Adakalanya masih terjadi serangan ND walaupun ayam tersebut telah divaksinasi, mungkin hal tadi disebabkan oleh potensi vaksin kurang memadai, tidak tepat waktu  atau pada peternakan tadi terdapat penyakit lain, seperti IBD, atau kontaminasi pakan oleh aflatoxin
dan/atau insektisida yang dapat bertindak sebagai immunosupresi .

Cara Vaksinasi ND Secara Injeksi atau Suntik ( Contoh ayam buras 50 ekor ).
Siapkan alat dan bahan :
1. Jarum Suntik ( ukuran 3 ml / cc )
2. Vaksin ND ( 50 dosis )
3. Pelarut Vaksin ( Aquabides ) 50 ml /cc.
4. Plastik berisi Es ( pendingin )
5. Ayam sehat yang akan divaksin.
Langkah kerja :
1. Buka tutup segel vaksin ND
2. Ambil / sedot aquabides sebanyak 1 cc dengan menggunakan speed, masukkan dalam tabung vaksin ND
3. Kocok sampai homogen, sedot kembali dari tabung vaksin dan masukkan kedalam tabung aquabides, kemudian dikocok kembali.
4. Ambil kembali 1 cc dari tabung aquabides masukkan ke tabung Vaksin untuk membersihkan jika ada vaksin yang tersisa, kemudian sedot kembali dan masukkan ke dalam tabung aquabides.
5. Kemudian kocok tabung aquabides dengan gerakan angka 8 agar vaksin dan pelarut menjadi homogen.
6. lapisi tabung larutan tadi dengan kertas Carbon / Hitam agar terhindar dari sinar matahari secara lansung.
7. Larutan Vaksin siap digunakan, dengan dosis 1 cc / ekor ayam dewasa atau 0,5 cc / ekor ayam dara.
8. Penyuntikan dilakukan secara Intra Muskuler ( suntikan dalam jaringan Otot ), dengan lokasi di otot dada atau otot paha.
 Persyaratan vaksinasi :
1. Vaksin yang sudah dilarutkan dengan pelarut vaksin, hanya dapat digunakan dalam jangka waktu maksimal 4 jam sejak vaksin dilarutkan.
2. Vaksin ( aktif ) tidak dibolehkan terkena sinar matahari lansung, karena bisa merusak vaksin.
3. Ayam yang disuntik harus ayam sehat, jika ayam sakit atau terduga terserang ND maka akan mati jika disuntik dengan vaksin ND.
4. Saat pelaksanaan vaksinasi yang baik adalah pagi hari atau siang hari.
5. Dosis vaksin tergantung jumlah pelarut yang digunakan, untuk itu lihat peruntukan dosis vaksin dan jumlah pelarut yang digunakan.
6. Jarum suntik harus tajam agar tidak menyiksa ayam, jangan gunakan jarum suntik bekas suntik manusia atau periode yang lalu.


    

Rabu, 01 Mei 2013

PEMUPUKAN BERIMBANG BERDASARKAN PUTS

REKOMENDASI PUPUK DI WKP3K COT BATEE III
BERDASARKAN HASIL UJI TANAH SAWAH

     
       Upaya peningkatan produksi gabah tidak terlepas dari mata rantai perlakuan sejak dari Pengolahan Lahan  sampai pada penanganan pasca panen, namun selama ini pemupukan berimbang belum dilaksanakan sebagaimana mestinya, meskipun sering kali penyuluh melaksanakan penyuluhan tentang pemupukan secara berimbang.
       Pemupukan  selama ini hanya berdasarkan pedoman umum berdasarkan RDKK pupuk bersubsidi yang disusun oleh pelaku utama dalam hal ini kelompok tani bersama penyuluh, dan pemupukan berdasarkan warna daun ( BWD ), mengakibatkan pupuk yang diberikan tidak berimbang dan efisiensi pemupukan menjadi rendah karena kemungkinan suatu unsur hara diberikan secara berlebihan.
   Penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan tentunya harus berdasarkan keilmuan yang dapat dipertanggunggjawabkan, namun selama ini keterbatasan sarana pendukung menyebabkan penyuluhan berjalan belum sesuai dengan potensi yang ada.

Gambar 1. Areal Persawahan di desa Kuta Baroe.

       Sebagai penyuluh pertanian yang sehari -  hari bermitra dengan pelaku utama dan pelaku usaha dalam pelaksanaan tugas dan fungsi penyuluh, sangat berkepentingan untuk dapat memberikan informasi dan teknologi anjuran yang spesifik lokasi sehingga dapat diaplikasi oleh pelaku utama dan tentunya dengan produktifitas yang tinggi.
       Untuk itu kami sebagai Penyuluh Pertanian sangat berterima kasih kepada pihak Balai Penelitian Tanah dalam hal ini Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, yang telah memberikan 1 Unit Perangkat Uji Tanah Sawah ( PUTS ) untuk digunakan di wilayah kerja BP3K Kuala. 
      Dengan adanya perangkat Uji Tanah Sawah ( PUTS ), kami penyuluh telah melaksanakan pengambilan sample ( contoh tanah ) disetiap Wilayah Kerja Penyuluh ( WKP3K ) yang meliputi desa - desa di Kecamatan Kuala, Sebagaimana dibawah ini akan kami sampaikan Uji Tanah Sawah di WKP3K Cot Batee III yang meliputi desa Kuta Baroe dan Cot Unoe.

A. Pengambilan Sample.
      Pengambilan sample di desa Kuta Baroe dan Cot Unoe melibatkan pelaku utama ( kelompok tani ) sebagai bentuk partisipasi aktif petani dalam memberdayakan kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan mengetahui keadaan tanah lahan pertaniannya.

Gambar 2. Pengambilan Sample Tanah Sawah Di Areal Sawah Desa Kuta Baro.

       Pengambilan sample dengan mempertimbangkan faktor : kesegaraman lahan, pengairan, pemupukan, penggunaan, perlakuan. Untuk 1 sample diambil pada lahan 10 hektar dengan 15 titik sample, setelah diambil sebanyak 15 titik dengan metode sistematis dan diagonal kemudian disatukan untuk diaduk secara merata dan homogen, kemudian diambil kira - kira 0,5 kg sample untuk dibawa ke kantor BP3K kuala, disana dilakukan pengujian dengan PUTS ( Perangkat Uji Tanah Sawah ).

B. Penetapan Status Tanah Menggunakan  Perangkat  PUTS.
     Penetapan status tanah dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah ( PUTS ) adalah untuk mengetahui keadaan unsur hara makro ( N, P, K ) yang ada dalam tanah dan kemasaman tanah ( PH ), dengan menggunakan indikator : Rendah, Tinggi, Sedang. dan masam, agak masam, netral, agak basa. basa.
       Perangkat PUTS terdiri dari Pereaksi N, Pereaksi P, Pereaksi K, Pereaksi kemasaman ( PH ), Aquades dan alat bantu lainnya seperti : Bagan Warna, Tabung reaksi, Sendok Stainles, Pengaduk Kaca, Kertas tissue, Syringe, dan sikat pembersih.

 
Gambar 3. Perangkat Uji Tanah Sawah ( PUTS ).

       Kegiatan Pengujian dilaksanakan secara bersama oleh penyuluh berdasarkan sample yang diambil disetiap desa di wilayah kerja ( WKP3K ) masing- masing agar penyuluh dapat mengetahui keadaan tanah sawah diwilayahnya beserta rekomendasi pupuk., demikian halnya juga untuk sample di lahan sawah Desa Kuta Baro dan Desa Cot Unoe dilaksanakan pengujian oleh penyuluh WKP3K Cot Batee III.

 
 
Gambar 4. Proses Pengujian Sample Di BP3K Kuala.

       Dari hasil pengujian sample pertama ( Kuta Baro I ) di peroleh hasil pengujian status N Tanah, P Tanah, K Tanah dan Kemasman Tanah, sebagaimana data pada tabel dibawah ini.
REKOMENDASI
STATUS
Pupuk Tunggal
N
Rendah
250 - 300  Urea
P
Tinggi
50               SP36
K
Sedang
50               Kcl
PH
Netral
6 - 7


C. Rekomendasi Pupuk Kepada Petani 
       Berdasarkan hasil pengujian sample tanah sawah yang dilaksanakan di WKP3K Kuala terhadap tanah sawah di Desa Kuta Baroe untuk sample 1 , maka perlu dihitung berdasarkan pupuk subsidi agar memudahkan petani dalam mengaplikasikan rekomendasi tersebut ke pupuk majemuk yaitu NPK phpska dan urea jika perlu.

      Maka dengan demikian cara menghitungnya adalah :
36/100  X  50 = 18 
100/15  X 18 = 120 Kg NPK.
Karena status N rendah, maka perlu ditambah urea :
46/100 X 250 = 115 - 18 = 97
100/46 X 97 = 210 Kg Urea.
Sedangkan KCL, 30 - 18 = 12 Kg K2O, maka KCL tidak perlu ditambah, dengan syarat semua jerami yang ada disawah dibenamkan kembali, karena K2O dapat diperoleh dari jerami dan air irigasi.
D. Kesimpulannya adalah : 
REKOMENDASI
REKOMENDASI PUPUK
STATUS
Pupuk Tunggal
Majemuk Dan Tunggal
N
Rendah
250 - 300  Urea
NPK   =  120 Kg /Ha
P
Tinggi
50              SP36
Urea  =  210 Kg / Ha
K
Sedang
50               Kcl
KCL  = Jerami + air    Irigasi
PH
Netral
6 - 7




Pupuk tersebut diberikan pada saat umur tanaman sebagaimana pada tabel dibawah ini.
Umur tanaman ( HST )
NPK
0 - 14


Urea
28 - 30 hst
35 - 45 hst


50%
50%
  
Demikanlah hasil uji PUTS , dengan harapan dapat diaplikasikan untuk meningkatkan produksi dan efisiensi penggunaan pupuk. Selamat menerapkan agar pemakaian pupuk efisien dan produksi meningkat.